WAHYU USWATUN KHASANAH FLAT SAKURAWAHYU USWATUN KHASANAH WAHYU USWATUN KHASANAH Flip Flop SpongeBob

Kamis, 15 Juni 2017



ELEKTROKIMIA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai fenomena korosi pada besi. Korosi adalah proses teroksidasinya logam. pada korosi besi, udara lembab adalah faktor yang mempercepat korosi. Besi akan menjadi anoda. Rumus besi berkarat kemudian menjadi Fe2O3.xH2O. Pada reaksi redoks, kita bisa mempelajari proses korosi pada  besi dan cara pencegahannya.
2. Kajian Teori
Reaksi reduksi oksidasi (atau reaksi redoks) adalah reaksi dimana elektron dipindahkan. Reaksi ini dinamai untuk dua proses terpisah yang terjadi bersamaan: oksidasi dan reduksi. Oksidasi adalah proses kehilangan satu atau lebih elektron. Pengurangan adalah proses untuk mendapatkan satu atau lebih elektron. Oksidasi tidak bisa terjadi tanpa reduksi. Kedua proses berjalan beriringan. (Bauer dan Birk, 2007)
Proses korosi adalah peristiwa logam yang mengalami oksidasi. karat logam yang terbentuk adalah oksida logam atau garam-karbonat dari logam yang teroksidasi. Pada proses koros besi, besi dengan E = -0,44 volt akan menjadi anode sebuah sel volta dalam lingkungan beroksigen ( E = +1,23 volt dalam suasana asam dan +0,4 volt dalam suasana basa). (Kitti, 2010)
3. Permasalahan yang ingin dipecahkan
Praktikum elektrokimia dilakukan untuk memecahkan masalah sehari-hari tentang bagaimana proses korosi pada besi dan bagaimana jika dibandingkan dengan korosi logam lain. Yaitu Proses korosi adalah peristiwa logam yang mengalami oksidasi.
4. Tujuan dan Manfaat
Praktikum elektrokimia bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses korosi pada logam besi dan bagaimana korosi logam besi dapat dibandingkan dengan logam lain . Manfaat setelah praktikum mahasiswa mengetahui bagaimana proses korosi pada besi dan logam lain serta bagaimana perbandingan korosi pada besi dan logam lain.
B. Metode
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi  sebanyak 4 untuk mereaksikan larutan logam nitrat dengan logam, rak tabung reaksi sebanyak 1 untuk meletakkan tabung reaksi, gelas ukur 10 mL sebanyak 1 untuk mengukur jumlah volume larutan logam nitrat yang digunakan, pipet tetes sebanyak 1 untuk mengambil larutan dan amplas untuk mengamplas logam.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah logam  Al , logam Cu , logam Fe , larutan Pb(NO3)2 0.1 M, larutan Zn(NO3)2 0.1 M, larutan NaNO3, dan larutan AgNO3.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan
Pada percobaan pertama yaitu mereaksikan antara logam Al dengan larutan Pb(NO3)2, logam Al dengan larutan Zn(NO3)2, logam Al dengan larutan NaNO3, kemudian logam Al dengan larutan AgNO3 tidak terjadi reaksi. Percobaan kedua yaitu mereaksikan logam Cu dengan larutan Pb(NO3)2, logam Cu dengan larutan Zn(NO3)2, logam Cu dengan larutan NaNO3 namun tidak terjadi reaksi kemudian logam Cu dengan larutan AgNO3 terjadi reaksi dan plat Cu menghitam ada kerak. Percobaan ketiga yaitu mereaksikan logam Fe dengan larutan Pb(NO3)2, logam Fe dengan larutan Zn(NO3)2, logam Fe dengan larutan NaNO3 namun tidak terjadi reaksi kemudian logam Fe dengan AgNO3 terjadi reaksi dan plat Fe berkarat.
 tabel 1 . hasil pengamatan reaksi logam nitrat dengan logam


  • logam Al
Logam Al dan larutan Pb(NO3)2
2Al(s) + 3Pb(NO3)2 (aq) → 2Al(NO3)3 (aq) + 3Pb(s)
Oksidasi : Al → Al3+ + 3e-         x2                    Eo = +1.662 V
Reduksi : Pb2+ + 2e- → Pb        x3                     Eo = - 0.126 V



 2Al + 3Pb2+ → 2Al3+ + 3Pb                              Eosel = +1.536 V

logam Al dan larutan Zn(NO3)2
 2Al(s) + 3Zn(NO3)2 (aq) → 2Al(NO3)3 (aq) + 3Zn(s)
Oksidasi : Al → Al3+ + 3e-         x2                    Eo = +1.662 V
Reduksi : Zn2+ + 2e- → Zn       x3                    Eo = - 0.763 V



  2Al + 3Pb2+ → 2Al3+ + 3Pb                            Eosel = +0.899 V
logam Al dan larutan NaNO3
Al(s) + 3NaNO3 (aq) →
Oksidasi : Al → Al3+ + 3e-         x1                    Eo = +1.662 V
Reduksi : Na+ + e- → Na          x3                     Eo = - 2.714 V



Al + 3Na+ → Al3+ + 3Na                                   Eosel = - 1.052 V

logam Al dan larutan AgNO3
Al(s) + 3AgNO3 (aq) → Al(NO3)3 (aq) + 3Ag(s)
Oksidasi : Al → Al3+ + 3e-         x1                    Eo = +1.662 V
Reduksi : Ag+ + e- → Ag         x3                    Eo = +0.799 V



Al + 3Ag+ → Al3+ + 3Ag                                Eosel = + 2.461 V

  • Cu metal
logam Cu dan larutan Pb(NO3)2
Cu(s) + Pb(NO3)2 (aq) →
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e-       x1                    Eo = - 0.337 V
Reduksi : Pb2+ + 2e- → Pb        x1                    Eo = - 0.126 V



  Cu + Pb2+ → Cu2+ + Pb                                  Eosel = - 0.463 V

logam Cu dan larutan Zn(NO3)2
Cu(s) + Zn(NO3)2 (aq) →
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e-       x1                    Eo = - 0.337 V
Reduksi : Zn2+ + 2e- → Zn       x1                    Eo = - 0.763 V



Cu + Pb2+ → Cu2+ + Pb                                   Eosel = - 1.100 V

logam Cu dan larutan NaNO3
Cu(s) + 2NaNO3 (aq) →
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e-       x1                    Eo = - 0.337 V
Reduksi : Na+ + e- → Na          x2                     Eo = - 2.714 V



Cu + 2Na+ → Cu2+ + 2Na                                 Eosel = - 3.051 V

logam Cu dan larutan AgNO3
Cu(s) + 2AgNO3 (aq) → Cu(NO3)2 (aq) + 2Ag(s)
Oksidasi : Cu → Cu2+ + 2e-       x1                    Eo = - 0.337 V
Reduksi : Ag+ + e- → Ag         x2                      Eo = - 0.799 V



Cu + 2Ag+ → Cu2+ + 2Ag                                 Eosel = - 1.136 V

  • Fe metal
logam Fe dan larutan Pb(NO3)2
Fe(s) + Pb(NO3)2 (aq) → Fe(NO3)2 (aq) + Pb(s)
Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-         x1                    Eo = + 0.440 V
Reduksi : Pb2+ + 2e- → Pb        x1                      Eo = - 0.126 V



Fe + Pb2+ → Fe2+ + Pb                                       Eosel = + 0.314 V

logam Fe dan larutan Zn(NO3)2
Fe(s) + Zn(NO3)2 (aq) →
Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-         x1                    Eo = + 0.440 V
Reduksi : Zn2+ + 2e- → Zn       x1                      Eo = - 0.763 V



Fe + Zn2+ → Fe2+ + Zn                                      Eosel = - 0.323 V

logam Fe dan larutan NaNO3
Fe(s) + 2NaNO3 (aq) →
Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-         x1                    Eo = + 0.440 V
Reduksi : Na+ + e- → Na          x2                      Eo = - 2.714 V



Fe + 2Na+ → Fe2+ + 2Na                                   Eosel = - 2.274 V

logam Fe dan larutan AgNO3
Fe(s) + 2AgNO3 (aq) → Fe(NO3)2 (aq) + 2Ag(s)
Oksidasi : Fe → Fe2+ + 2e-         x1                    Eo = + 0.440 V
Reduksi : Ag+ + e- → Ag         x2                       Eo = - 0.799 V



Fe + 2Ag+ → Fe2+ + 2Ag                                   Eosel = - 0.359 V
Analisis data dilakukan berdasarkan teori. Sesuai teori, pada setiap Eºsel yang bernilai positif maka akan terjadi reaksi. dari analisis data, beberapa reaksi redoks yang memiliki harga Eºsel bernilai positif yaitu antara logam Al dengan larutan Pb(NO3)2, logam Al dengan larutan Zn(NO3)2, logam Al dengan larutan AgNO3, logam Fe dengan larutan Pb(NO3)2.
2. Pembahasan
Dalam percobaan ini kami mempelajari beberapa reaksi redoks antara logam dengan larutan logam nitrat. pada percobaan yang kami lakukan, reaksi yang terjadi hanya antara logam Cu dengan larutan AgNO3 yaitu dengan munculnya perubahan pada plat Cu menjadi menghitam dan terdapat kerak hitam, kemudian reaksi antara logam Fe dengan larutan AgNO3 yaitu ditandai dengan munculnya karat pada logam Fe. Namun hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan teori. Sesuai dengan teori, Eºsel dapat diketahui dengan cara E°cell = E°cathode - E°anode (Chang, 2010) .  Reaksi dapat terjadi secara spontan apabila Eºsel bernilai positif (Supardi, 2016) , dan reaksi yang seharusnya terjadi adalah antara logam Al dengan larutan Pb(NO3)2, logam Al dengan larutan Zn(NO3)2, logam Al dengan larutan AgNO3, logam Fe dengan larutan Pb(NO3)2. Kekurangsesuaian ini disebabkan selisih Eº yang direaksikan adalah sedikit jadi tidak terlihat oleh mata. 
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi sedangkan oksigen diudara mengalami reduksi. Karat logam pada umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat merah. Besi merupakan logam mudah berkarat. Mudah tidaknya logam berkarat berkaitan dengan keaktifan logam itu. Keaktifan logam dapat dilihat dari deret volta berikut Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Sb – Bi – Cu – Hg – Ag – Pt – Au . semakin ke kiri maka makin aktif logam (makin negatif harga potensial elektrodenya), makin mudah berkarat (Ebbing and Gammon, 2009). Akan tetapi beberapa logam seperti tembaga dan alumunium, yang sebenarnya lebih aktif daripada besi ternyata tahan karat (lebih awet). Hal ini disebabkan  karena karat logam itu melekat kuat pada permukaanya sehingga melindungi logam itu dari perkaratan yang berkelanjutan. Lain halnya dengan karat besi yang sangat berpori dan selalu mengelupas, sehingga permukaannya selalu terbuka dan terus berkarat sampai besi itu habis. Logam-logam mulia mempunyai potensial elektrode yang bertanda positif, berarti sukar teroksidasi dan sukar berkarat.
D. Simpulan
Korosi terjadi ketika besi teroksidasi menjadi Fe2O3.xH2O melalui proses
Fe(s)                         —–>  Fe2+(aq) +2e                       E=+0,44V
O2(g) + 2H2O(l) +4e —-> 4OH                                      E=+0,40V
Ion besi (II) yg terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3 . xH2O. Mudah tidaknya logam berkarat berkaitan dengan keaktifan logam itu. Makin aktif logam (makin negatif harga potensial elektrodenya), makin mudah berkarat. Akan tetapi beberapa logam seperti tembaga dan alumunium, yang sebenarnya lebih aktif daripada besi ternyata tahan karat (lebih awet). Hal ini disebabkan  karena karat logam itu melekat kuat pada permukaanya sehingga melindungi logam itu dari perkaratan yang berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Bauer, R. C. and Birk, J. P. 2007..Introduction to Chemistry: A Conceptual Approach, Second Edition. New York : McGraw-Hill Companies. Hal : 543
Chang, R.2010. Chemistry Tenth Edition.New York : McGraw-Hill Companies. Hal : 844
Ebbing, Darrell D, Gammon Steven D. 2009. General Chemistry. U.S.A: Houghton Mifflin      Company. Hal : 151
Kitti,S. 2010. Kimia 3. Jakarta Selatan : PT Graha Cipta Karya. Hal : 54
Supardi, K.I.2014.Kimia Dasar II. Semarang : Unnes. Hal : 45